Thursday, May 14, 2015

Sewa

Tuk!
Sebongkah kecil batu es tiba dengan elok tepat di atas ubun-ubunku.

"Aw!" aku refleks menurunkan kameraku dan mengusap-usap kepalaku yang sedikit berair. Aku menyapu sekitar dengan pandanganku berharap menangkap oknum mencurigakan yang bisa kudakwa sebagai pelaku kejahatan barusan.

Dapat.

Ah, bukan aku yang menangkapnya, sebenernya. Tapi pria itu bak pembunuh yang menyerahkan diri ke kantor polisi. Ia melambaikan tangan seraya memberikan isyarat agar aku datang menghampirinya.

Friday, December 19, 2014

SEL

Aku menemukan sebuah lencana berwarna hitam milik En saat sedang membersihkan sebuah ruangan kusam yang sejak tiga hari lalu kutempati bersama lima orang yang sampai detik ini masih tidak kukenal sama sekali.

"Bagaimana lencana ini bisa berada di sini?" gumamku seorang diri sambil memasukkan lencana ini ke dalam saku dada bajuku. Aku memang membawanya ke sini, tapi bagaimana lencana ini bisa terpelanting ke sudut ruangan?

"Hei!!!" tiba-tiba seseorang berteriak. "Kau masih bisa mencuri bahkan saat berada di dalam penjara?!"

Friday, May 30, 2014

Ayah Cita

"WHOAH!" Aku berdecak takjub melihat rumah megah milik Ayah Cita.

Langit-langit penuh ukiran disangga tiang-tiang kokoh yang membelah marmer cokelat dingin. Guci-guci antik yang kutahu tidak dijual di dalam negeri. Etalase berisi berbagai macam penghargaan di dunia bisnis. Laki-laki ini benar-benar pekerja keras. Tidak heran dulu orangtuaku menjodohkanku (secara paksa) dengannya.

Entah berapa pekerja rumah tangga yang mengurus rumah ini. Tidak ada secuil pun debu di belahan mana pun ruangan tempat aku duduk di sofa empuk yang terasa ribuan kali lebih nyaman dibanding sofa tua di rumahku.

Aku menghisap rokokku dalam kemudian mengepulkan asap berbentuk lingkaran dari mulutku.

"Aku tidak punya asbak. Tidak ada yang merokok di rumah ini," ucap Ayah Cita yang baru saja datang, setelah ia meletakkan secangkir teh hangat di meja marmer di depanku.

Bayaran

Ini sudah kali kesepuluh, ah, tidak, kesebelas sepertinya, aku mondar-mandir di depan rumah Cita. Tanganku berkeringat, lututku gemetar, dan suasana hatiku benar-benar tidak menentu. Ah, anak itu pasti akan mengejekku habis-habisan.

"Cowok nyebelin kayak lo, Gi? Apa gue gak salah denger?"

Pasti kata-kata seperti itu yang ia keluarkan di depanku. Aku menghela nafas. Suasana ini benar-benar membuatku ingin gantung diri.

"Lo ngapain?"

Aku kaget. Kuputar kepalaku ke arah sumber suara. Cita? Sejak kapan ia berdiri di depan pagar rumahnya? "Eh, Cita...."

"Lo ngapain malem-malem gini mondar-mandir di depan rumah gue kayak maling lagi ngecek sikon?"

Thursday, May 29, 2014

Murid Paling

Award apa ya, yang belum pernah kita keluarin?” Asti bertanya.

Aku mengerutkan kening. “Sebetulnya banyak, tapi apa ya?”

“Ah, murid paling lugu udah belum?” Bella memberi saran.

“Belum!” aku dan Asti serentak menjawab.

Thursday, May 22, 2014

Hantu Jatuh Cinta

Sebagian manusia yang meninggal dunia tidak langsung ditempatkan di surga atau neraka. Beberapa dari mereka –atau aku bisa menyebutnya dengan kata ‘kami’, masih harus melakukan kebaikan demi menyempurnakan persyaratan untuk menuju Eden. Kami yang tidak terlalu baik untuk masuk ke surga, namun juga tidak terlalu jahat untuk dilempar ke dalam neraka.

Sebagaian manusia yang masih hidup di atas muka bumi ini adalah manusia-manusia terpilih yang secara istimewa diberikan pendamping. Bukan seorang, tapi sesosok. Atau lebih tepatnya, sehantu.

Saturday, May 17, 2014

Pupus

Seperti rabu-rabu sebelumnya, hari ini aku berkunjung ke salah satu rumah sakit ternama dan duduk di ruang tunggu lantai dasar gedung yang sangat kusuka aromanya itu. Tidak ada jadwal konsultasi (aku sehat-sehat saja, omong-omong), tidak ada kerabat yang sakit, dan tidak harus menebus obat di apotek. Hanya duduk, menikmati atmosfer dan aroma rumah sakit, serta melihat para petugas medis yang berlalu-lalang dengan pakaian yang membuat mereka terlihat begitu berkharisma.

"Dokter Zaldy!" seorang laki-laki yang duduk di sampingku menyapa seorang pria berkacamata yang baru saja lewat di depanku.

Sial, ternyata orang itu ada di rumah sakit ini juga.

About Me

My photo
Tangerang, Banten, Indonesia
bukan penulis, bukan pengarang, hanya pecinta keduanya.